Pendahuluan: Dukungan keluarga memiliki peran penting dalam kejadian
kekambuhan pada pasien penderita gangguan jiwa. Terapi bagi penderita
gangguan jiwa bukan hanya pemberian obat dan rehabilitasi medik, namun
diperlukan peran keluarga guna resosialisasi dan pencegahan kekambuhan (Irma,
2010). Kambuh merupakan keadaan klien dimana muncul gejala yang sama
seperti sebelumnya dan mengakibatkan klien harus dirawat kembali (Andri,
2008).
Di Poli Jiwa RSJ Prof. Dr. V. L Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara dari
bulan Febuari - Maret 2014 pasien gangguan jiwa yang rawat jalan 320 orang,
dimana jumlah pasien jamkesmas yang melakukan kontrol dua minggu sekali
berjumlah 75 orang. Rata-rata 3 - 5 keluarga klien menyatakan pernah minum
obat tidak teratur, tidak sesuai aturan bahkan putus obat dan mengalami
kekambuhan. Hal itu menunjukkan bahwa dukungan keluarga berhubungan
dengan kejadian kekambuhan.
Metode: Penelitian ini berasal dari pengumpulan data yang dilakukan selama 4
hari di Poli Jiwa Prof. Dr. V. L Ratumbuysang. Dimulai dari tanggal 3 Juli 2014
sampai dengan 7 Juli 2014, dengan responden sebanyak 30 responden. Penelitian
ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional, dengan menyebarkan kuesioner.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan signifikan yaitu 0,001 artinya ada hubungan
dukungan keluarga dengan periode kekambuhan penderita gangguan jiwa, berarti
dengan dukungan keluarga yang tinggi dapat memperkecil kejadian kekambuhan
pada penderita gangguan jiwa. Diskusi: Terdapat hubungan yang bermakna antara
dukungan keluarga dengan periode kekambuhan pada penderita gangguan jiwa,
dengan nilai p < 0,05 dimana p = 0,001.
Kata kunci : Dukungan Keluarga, Kekambuhan , Gangguan Jiwa
Kepustakaan : 17 buku (2004-2013), 7 internet file (2004-2013)