Record Detail
Advanced Search
Teks Book
Rekayasa Struktur Bambu Untuk Kesejahteraan Dan Kelestarian Kehidupan Di Bumi
Bambu adalah rumput raksasa dalam keluarga Bambusoideae, berbentuk shell, bersifat orthotropic, kekuatan tinggi arah longitudinal dan kekuatan rendah arah transversal. Distribusi serat bervariasi sepanjang ketebalannya. Serat pada bambu terkonsentrasi lebih rapat pada kulit luar sebagai daya tahan penolak angin selama pertumbuhannya (Ghavami, 2008). Bambu dikenal sebagai salah satu tanaman tumbuh dan berkembang paling cepat didunia, dengan pertumbuhan 30 – 100 cm per hari pada musim tanam, dengan ketinggian hingga 36 meter dengan diameter 1 – 30 cm (United Nation, 1972; Alfonso, 1987). Batang bambu dapat mencapai puncaknya dalam waktu 2 -3 bulan. Bambu adalah sumber daya terbarukan yang paling cepat berkembang dengan hasil tertinggi (Lessard dan Chouinard, 1980). Ekosistem hutan bambu sangat penting peranannya sebagai penyerap karbon di bumi (Li, dkk, 2003). Pemanasan global yang terjadi di berbagai belahan dunia akibat emisi bahan bakar fosil menjadikan kehidupan tidak nyaman lagi. Hutan bambu sebagai penyerap karbon bebas di udara menjadi vital peranannya. Melalui mekanisme fotosintesis, bambu mengubah karbon dioksida menjadi karbon organic yangs ebagian akan disimpan didalam tanah. Akumulasi biomassa yang cepat maka kemmapuan bambu menyerap karbon bebas tidak ada duanya. Diperkirakan seperempat biomassa di daerah tropis dan seperlimanya di daerah sub-tropis berasal dari bambu (Anonim, 1997). Sekitar 80 % kawasan hutan bambu berada di wilayah tropis Asia Selatan dan Tenggara sehingga penyerapan karbon dan kontribusinya pada dunia sangat signifikan. Bambu laminasi merupakan rekayasa bahan bangunan yang memiliki karakter seperti kayu. Rekayasa bahan bangunan ini sangat popular dikembangkan dan diteliti belakangan ini, karena memiliki banyak keunggulan (Eratodi, 2014). Tiga aspek utama yang mempengaruhi kualitas hasil akhir dalam proses pembuatan bambu laminasi adalah bahan bambu, bahan perekat dan teknologi perekatan (Prayitno, 1994). Bambu laminasi sebagai alternatif bahan bangunan pengganti kayu, mempunyai prospek yang bagus dalam pemenuhan kebutuhan konstruksi (Yasin, dkk, 2015). Penemuan metode incising dimana adhesive yang berfungsi sebagai perekat antar lamina juga berfungsi sebagai shear connector, menjadikan balok bambu laminasi mengalami peningkatan kekuatan dan kekakuan secara signifikan (Yasin, dkk, 2016). Metode incising telah memberikan solusi untuk permasalahan kerusakan geser pada garis perekat yang menjadikan balok laminasi mengalami kerusakan sebelum beban optimum tercapai. Dengan teknologi laminasi, bambu bisa dibentuk menjadi balok struktur konstruksi berpenampang persegi, berbentuk lengkung dan dimensi penampang serta panjangnya bisa dibuat sesaui dengan kebutuhan. Bambu selain sebagai material ramah lingkungan untuk konstruksi juga berperan penting dalam kelestarian alam. Hutan bambu dengan berbagai kemanfaatannya dapat meminimalisir efek pemansan global dan perubahan iklim. Kehidupan di bumi akan lestari jika keseimbangan alam tetap terjaga dengan baik (Yasin, dkk, 2018).
Availability
LIB00032156 | 624/Isk r | Main library Teknik Sipil | Available - Indonesia |
LIB00032233 | 624/Isk r | Main library Teknik Sipil | Available - Indonesia |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
624/Isk r
|
Publisher | Nuta Media : YOGYAKARTA., 2020 |
Collation |
vi ; 49 Hlm. ; 16X24cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
978-623-94704-3-2
|
Classification |
624
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
Cet. I
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available