Menurut data Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Indonesia memiliki 2.161 komunitas adat per 9 Agustus 2022. Dari jumlah tersebut, mayoritas atau 750 komunitas adat berada di Kalimantan, 649 komunitas adat bermukim di Sulawesi, dan 349 komunitas adat di Sumatera. Dari jumlah tersebut, tidak semua masyarakat mendapat haknya sebagai kelompok yang berkekuatan hukum, meski bahkan sudah diakui sejak zaman Hindia Belanda. Alam mereka sering dirusak atas nama kepentingan pembangunan, hak-hak mereka sebagai warga negara pun sering dilanggar, hingga satwa di sekitar mereka diburu tanpa peraturan sehingga menyebabkan kelangkaan. Ruang hidup masyarakat adat jelas dilanggar oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Praktisi Ilmu Hukum Universitas Gajah Mada, Dr. Muhammad Erwin, S.H., M.Hum, membahasnya melalui buku ini. Dengan membeberkan keprihatinannya atas kompleksitas permasalahan hukum bagi ruang hidup masyarakat adat, penulis menggagas bahwa tidak ada salahnya wilayah para masyarakat adat dijadikan taman nasional agar memiliki payung hukum yang lebih jelas. Tidak hanya membeberkan bukti pelanggaran atas masyarakat adat di beberapa daerah di Indonesia, penulis juga mengajak kita untuk menghormati masyarakat adat dan memahami bahwa kelompok etnik ini harus dilestarikan sebagai kekayaan budaya bangsa, bukannya diajak turut menjadi sangat modern dan meninggalkan budaya. Indonesia adalah negeri yang berbudaya dan beradat, jadi buku ini merupakan bacaan yang pas untuk menyadarkan kita bahwa tidak hanya tari, lagu daerah, atau budaya seperti batik dan alat-alat musik Indonesia yang perlu dilestarikan, tetapi juga para pemain aslinya, yaitu masyarakat adat asli Indonesia.